Jumat, 23 September 2011

Air Tawar Segar di Kedalaman Samudera

“Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar dan yang
lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi.” (Q.S Al
Furqan:53)
Jika Anda termasuk orang yang gemar menonton acara televisi ‘Discovery’ pasti kenal Mr.Jacques
Yves Costeau, ia seorang ahli kelautan (oceanografer) dan ahli selam terkemuka dari Perancis.
Orang tua yang berambut putih ini sepanjang hidupnya menyelam ke berbagai dasar samudera di
seantero dunia dan membuat film dokumenter tentang keindahan alam bawah laut untuk ditonton
jutaan pemirsa di seluruh dunia.
Pada suatu hari ketika sedang melakukan eksplorasi di bawah laut, tiba-tiba ia menemukan
beberapa kumpulan mata air tawar-segar yang sangat sedap rasanya karena tidak bercampur/tidak
melebur dengan air laut yang asin di sekelilingnya, seolah-olah ada dinding atau membran yang
membatasi keduanya.,
Fenomena ganjil itu membuat penasaran Mr. Costeau dan mendorongnya untuk mencari tahu
penyebab terpisahnya air tawar dari air asin di tengah-tengah lautan. Ia mulai berpikir, jangan-
jangan itu hanya halusinansi atau khalayan sewaktu menyelam. Waktu pun terus berlalu setelah
kejadian tersebut, namun ia tak kunjung mendapatkan jawaban yang memuaskan tentang
fenomena ganjil tersebut.
Sampai pada suatu hari ia bertemu dengan seorang profesor muslim, kemudian ia pun
menceritakan fenomena ganjil itu. Profesor itu teringat pada ayat Al Quran tentang bertemunya dua
lautan (surat Ar-Rahman ayat 19-20) yang sering diidentikkan dengan Terusan Suez. Ayat itu
beber-bunyi “Marajal bahraini yaltaqiyaan, bainahumaa barzakhun laa yabghiyaan...” artinya “Dia
biarkan dua lautan bertemu, di antara keduanya ada batas yang tidak bisa ditembus.” Kemudian
dibacakan surat Al Furqan ayat 53 di atas. Selain itu, dalam beberapa kitab tafsir, ayat tentang
beber-temunya dua lautan tapi tak bercampur airnya diartikan sebagai lokasi muara sungai, di mana
teter-jadi pertemuan antara air tawar dari sungai dan air asin dari laut. Namun tafsir itu tidak
menjelaskan ayat berikutnya dari surat Ar-Rahman ayat 22 yang berbunyi “Yakhruju minhuma
lu’lu‘u wal marjaan” artinya “Keluar dari keduanya mutiara dan marjan.” Padahal di muara sungai
tidak ditemukan mutiara.
Teter-pesonalah Mr. Costeau mendengar ayat-ayat Al Qur’an itu, melebihi kekagumannya melihat
keajaiban pemandangan yang pernah dilihatnya di lautan yang dalam. Al Qur’an ini mustahil
disusun oleh Muhammad yang hidup di abad ke tujuh, suatu zaman saat belum ada peralatan
selam yang canggih untuk mencapai lokasi yang jauh terpencil di kedalaman samudera.
Benar-benar suatu mukjizat, berita tentang fenomena ganjil 14 abad yang silam akhirnya terbukti
pada abad 20. Mr. Costeau pun berkata bahwa Al Qur’an memang sungguh-sungguh kitab suci
yang berisi firman Allah, yang seluruh kandungannya mutlak benar. Dengan seketika ia pun
memeluk Islam. Allahu Akbar...! Mr. Costeau mendapat hidayah melalui fenomena teknologi
kelautan. Maha Benar Allah yang Maha Agung. Shadaqallahu Al ‘Azhim.
Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya hati manusia akan berkarat sebagaimana besi yang
dikaratkan oleh air.” Bila seorang bertanya, “Apakah caranya untuk menjadikan hati-hati ini bersih
kembali?” Rasulullah s.a.w. bersabda, “Selalulah ingat mati dan membaca Al Quran.”

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Blogger Templates